kau pasti sedang melihat senja sambil mendekap erat poto keluarga
Bunda, kau pasti sedang tertawa geli dengan segala lamunanmu tentang kami
tentang masa kecilku, adik kecilku si bungsu, abang dan kakak perempuanku
meski kadang membuatmu menarik napas panjang dan mengusap dada
tentang kami yang bernyanyi sumbang meminta susu, mengganggu tidurmu
tentang kami yang kerap buang hajat sembarang meski kau sedang makan
tentang kami yang senang bermain lumpur dan air comberan
tentang kami yang selalu merengek-rengek ini dan itu
tentang kami yang membuatmu girang bukan kepalang sebab terujar untuk pertama kalinya dari mulut kecil kami kata: Bunda
Ah! langit menjadi terlihat pekat menghitam siap menebar polutan
Bunda cuaca sedang jahat! Masuklah
tak usah kau bergeming di beranda rumah meski rindumu sudah menggunung
Bunda, aku tahu kau pasti mendengarku meski jauh di sana
Bunda, Oh, Bunda
kau memang keras kepala
baiklah!
aku mamang takan bisa memaksa jika itu maumu
gunakanlah sesuatu untuk menyelimuti tubuh rentamu
kulit keriputmu takan sanggup menahan tikaman angin dan hujan
ambilah kain, jaket, sweater, payung, obat-obatan, multivitamin, kaus kaki atau apapunlah untuk melindungimu,
paling tidak lindungilah dirimu dengan prisai doa
Oh, tidak!
aku lupa, semua itu sudah kau berikan pada kami
Bunda!
Bandung, 9 Desember 2009
TIADA RAHIM DI TUBUH
di malam cumburayu bertabur beribu
lenggaklengok tubuh mendayudayu
lambaian tangan kemayumerayu setiap mata tuk bercumbu
moleknya tubuh dibuat susahsungguh terpajang disorot lampulampu
kepulan asap terbanting di tampar angin hilang di antara cekungan mata yang hitam ditikam malam
malam menjemput subuh
sorotan lampu berlalu
tiada batang tubuh yang hinggap tergolek dan melenguh
mereka pun hilang di antara lamatlamat lampu
namun akan kembali dan bertumbuh
meski tiada rahim di tubuh
Bandung, Oktober 2008